*
Hari kedua, sesudai yang diagendakan pagi pagi kami sudah
stand by untuk mengambil kapal charteran buat keliing danau toba dan mampir di
Tomok.
Awalnya sih tidak mau charter. Mau naek yang kapal umum
biasa aja, barengan dengan turis dan penumpang lain. Tapi ternyata ngambilnya tidak didermaga yang
dekat hotel itu, tapi….entah dimana hahahaha.
Oiya, kalau naek kapal umum bayarnya tidak mahal koq …. Rp 25 – Rp 30
ribu per pax. Kapasitas kapal sendiri
sekitar 60-75 orang. Kalau charter
harganya Rp 900 ribu.
*
Sembari menunggu satu lagi keluarga kerabat untuk bergabung
bersama group kecil kami (lumayan, mereka 6 orang ditambah kami ber-5 jadi 11 orang….rameee
sikittt lahhh) saya sempat mendengar tawar menawar “KHAS BATAK PISAN.”
Ini dialog 2 orang bapak batak, yang tukang kapal (TK) sekitar
40 an; yang konsumen (K) 50-60 an. Jurus yang dipakai oleh sibapak konsumen apa
lagiii kalau bukan jurus “TAROMBO”….. emmm kalau terjemahan EYD-nya ‘urut
silsilah’. Kalau bahasa kerennya: Sok Kenal Sok Dekat (SKSD).
Simak percakapan berikut. Kali aja bisa temans pake pas
belanja emas di Pasar Senen :D
(Kons):“Laeee…sadia ma molo neng manewa aha on…….. angsa angsa on” (Lae,
berapaan ni sewa angsa angsaan – maksudnya sepeda aer bentuk angsa)
(TK):“limapuluh laeee……nga adong i….daptar naaa. Molo au
holan operator do…” (Limapuluh rebu lae.
Nohh, uda ada daftarnya. Gue mah operatornya doangg)
(Kons):“Bahhh, harga ma’iiiiii??…….kurangi maaaa” (gilee,
mahaal amat? Kurangi dong)
(TK):“Dang boi lae……molo boi doooo….nga hulean tu hamu” (Kaga bisa lae. Kalo bisa uda gue kasi ke elu)
(DIAM SEJENAK)
(Kons):“Ai marga ahaaa do hamu, lae?” - -
sibapak konsumen mulai masuk gigi-1. (Lae marga ape?)
(TK):“Tambunan do au……sian huta ni parbalige-an” (Tambunan gue, dari balige)
(Kons):“BAHHHH!! i
do????? Jadi Tambunan do ho?? Baaaaaaahhh poang (nada sok kenal dan sok kaget,padahal
tambunan kan banyak??).” Lanjut gigi-2
(Kons) “Jadi, aha muna ma…..marga Tambunan na jabuna
dilambungi parsikolaan pandita na di aha an?....na mambuat boru aha an” (Ah,
serius lo? Tambunan? Ya ampunnn…. Jadi tambunan yang rumahnya disebelah sekolah
pendeta sono, apanya elo?)
(TK):“Apala amangborukkuuu do iiii…..” (Buset.
Amangboru gue tu)
(Kons):“Baaaahhhh…..jadi apala abangmuuu do auuuuu” –
ceileeeeeeeee langsung brader-an. (Oya? Gilee, berarti elu panggil abang la ke
gue. Sodara kita)
(TK):“Baaahhhh….i dooooo”
(Ya ampun, serius lo?)
(Langsung acara urut urutan, konfirmasi tetangga, opung dan
seterusnya….pokoke SAMPEE ditemukan benang merah bahwa si bapak kapal adalah
sodaranya doi).
5 menit kemudian.
(Kons):“Jadiiii….35 ribu maaaa daaa? Asa las roha ni si
gelleng gelleng on” (Jadi, 35 ribu aja ya? Biar seneng tu si
bocah bocah)
(TK):“Olo maaa Bang….baen ma” (Oke
deh. Sip)
DEAL!
Hahahahahahaaha…
*
“Kapal kapal ini…..tak pernah berubah,”gumam saya dalam hati,
memandang kapan KANRO yang akan membawa kami, sambil mengingat ingat pengalaman
28 tahun lalu. Sweet memory….time flies.
Yang berubah adalah: Danau Toba.
Ia tak lagi sebiru yang dulu. Boro boro biru, warnanya
berubah jadi hijau….pekat. Kalau Anda
mengamati lekat lekat permukaan air, seperti ada kekentalan (viskositas) yang
tinggi. Dulu, saya selalu menyentuhkan
jari jari tangan saya ke birunya danau…mersakan sejuk dan dinginnya air.
Sekarang? Waduhhhh ngga deh….sekilas koq pendaran kilauan airnya mirip air laut
yang ketumpahan minyak. Tapi kalau ketumpahan minyak kan jadi warnanya coklat
kehitaman. Ini hijau pekat kaya warna EMPANG…atau KOLAM yang LAMAAA tak terurus
(temans tentu pernah liat kan, ada restoran atau penginapan yang punya kolam,
tapi ngga dirawat sehingga enceng gondok nongol???? Nah seperti hijau itulah
persis warna danau toba sekarang. At least warna danau sepanjang perjalanan
Parapat Samosir.Sedih!)
Disepanjang perjalanan Parapat – Tomok, buanyakkk banget
saya lihat “copotan” enceng gondok……..berikut akar akarnya kecopot semua. Kali
ketarik jangkar kapal yang lewat keknya tuh.
Bukan hanya copotan gondok………sampah plastic bungkus roti, teh
kotak………plastik tisu, keresek…….hingga BANGKAI ANJING. YUP, bangkai anjing
terapung apung diantara hijau kentalnya danau. Duh, ampun dehhhh…….. (Haloooo
halooooo pak bupati, walikota….gubernur, kadispen pariwisata….whoever, whatever
title…….bisa ngga ya itu danau dilestarikan lagi????????????????)
sampahhhhhh....dan gw rasa ga ada dinas pemda yang patroli bebersih |
danau yang menghijau, kelihatan kan kental-bersedimen ga jelas gitu?..plus eceng gondok bertebaran |
kata sodara ikut, danau toba klihatan seram, karena airnya seperti bebayang. Yakin pisan dia ada mahluk dibawahnya.Bah!! |
Kami tiba di Batu Gantung.
Ini legenda lama, tentang kisah cinta terlarang. Sedemikian rupa sehingga konon wanita yang patah tersebut menggantung dirinya disalah satu tebing tebing jurang yang mengelilingi danau toba. Sejujurnya agak sulit memercayai hikayat cinta ini karena kalo diperhatikan koq bentuk bentuk “bebatuan” yang menggantung itu ngga mirip orang ya? Mirip untaian batu menjulur sajah.
Tapi ya sudahlah.
Kapal KAMRO yang kami naiki cuma berhenti sekitar 5 menitan
saja untuk memberi waktu jeprat jepret secukupnya. Agak terganggung juga lama lama karena bocah
bocah danau toba paruh baya yang berputar putar mengitari kapal dengan sampan
kayunya sambil berteriak:
“Bang…..banggggg….lemparkan laaa uang seribu kertasssssssss”
“Kakkkk….lemparkanlah uang dua ribu kertassssss…….”
anak anak kecil hingga paruh baya meminta seribuan, diantara danau yang pekat-menghijau |
Tolong digarisbawahi kata kata “KERTASNYA” ya bro sis.
Jangan dikasi uang logammmm. Wahhhh, ga bakalan mereka mau menyelam didasar
danau yang hijau bereceng gondok dan keruh itu buat mencari logam kecil
seribuan.
Cukup dengan batu gantung, kapal langsung putar haluan
menuju Tomok.
Dari Parapat ke Batu gantung sekitar 25 menit…dan dari situ
ke Tomok kurang lebih 40 menitan.
Atraksi utama di Tomok adalah kios kios suvenirnya dan tentu
saja The Famous atraksi Sigale-gale dan Makam Raja Sidabutar.
Sigale gale, aslinya adalah sebuah patung yang HIDUP dengan
mengandalkan kekuatan kekuatan magis dari para dukun (datuk kalau istilah
lokalnya). Alkisah, adalah seorang Raja Rahat yang kaya raya dengan harta dan kuasa berlimpah. Sayang, ia hanya
punya satu anak. Itulah dia si Pangeran Manggale. Sayang, dalam sebuah peperangan antar suku,
sang pewaris dan anak tunggal raja meninggal dunia. Kehilangan ini menimbullkan nestapa tak
berkesudahan. Berhari hari, berbulan bulan hingga bertahun tahun raja bermuram
durja, mengurung diri dan puncaknya sakit keras hingga membuat para datuk dan
penasihat harus memutar otak mencari cara mengembalikan sukacita raja.
Maka dengan menggunakan kesaktian dan begitu banyak TUMBAL,
akhirnya patung sigale gale ini pun jadilah. Padanya dikenakan pakaian
kebesaran sang pangeran. Roh (tondi) ‘magis’ dari nyawa para tumbal yang dikorbankan
itu membuat patung ini seperti hidup saat GONDANG batak yang membahana itu
dibunyikan. *Saya memang sudah lama
mendengar soal GONDANG batak ini….jangan anggap dia sama dengan gendang tambur
pas lagi dangdutan lho ya……gondang yang ASLI mengandung dan mengundang roh roh
jahat kononnya*
Dilokasi Sigali gale pengungung dipersilahkan ‘manortor’ bersama
patung tiruan.
Patung tiruan? Yup, karena yang asli telah disimpan oleh
keluarga "raja raja" setempat ditempat yang mereka kasi nama Museum Hutabolon - 25 menitan dari Tomok. (Kalau saya
pikir pikir, bagus deh atraksinya kaga pake yang asli….lhaaaa tar para
kesurupan gimana??? Nightmare pisan.).
Menurut bapak yang berkisah…..saat ini masih ada tinggal
sekitar 20 keluarga kerabat dari raja terdahulu. Mereka ini masih menganut
kepercayaan PARMALIM (Palbegu) yang menyembah kuasa kuasa ‘lain’. Ia bercerita, kalau mau melihat atraksi dunia
hitamnya monggo datang ke Samosir saat salah satu dari keluarga tersebut sedang
melakukan pesta; misalnya mengawinkan kerabat. Seperti biasa, yang namanya
kawinan batak mahhh pasti ada acara tortor manortor.
Nah, tapi kalau pesta batak modern sekarang musiknya udah pake keyboard aka organ tunggal….maka para keluarga ASELI ini masih dengan gondang gondang yang mengudang para ruh ruh itu. *seru juga sih……..mmmm….dateng ga yaaa? - - ceileeee kek gue diundang ajaaaa kalau ada pesta wkwkwkwkwkw *
Nah, tapi kalau pesta batak modern sekarang musiknya udah pake keyboard aka organ tunggal….maka para keluarga ASELI ini masih dengan gondang gondang yang mengudang para ruh ruh itu. *seru juga sih……..mmmm….dateng ga yaaa? - - ceileeee kek gue diundang ajaaaa kalau ada pesta wkwkwkwkwkw *
Bapak DJ (yg narik2 tali biar gale2 joget) menuturkan kisah behind the story |
Oiya, selain temans dapat mempelajari dan menari bersama
Re-make Sigale-gale, temans juga dapat melihat miniature rumah batak di Tomok
ini. Seperti rumah panggung. Bagian
bawahnya lazimnya dibuat oleh para keluarga Batak jaman baheula untuk memelihara
nguik nguik alias Babi dan mungkin peliharaan lainnya (tentu tidak termasuk
istri/suami peliharaan hehehe…kiddink).
Eksterior rumah asli Batak biasanya ada relief CICAK dan (maap) “susu” atawa toket (..kl yg bisa terbang adalah roket).
Eksterior rumah asli Batak biasanya ada relief CICAK dan (maap) “susu” atawa toket (..kl yg bisa terbang adalah roket).
Cicak adalah symbol bahwa orang Batak tu kudu membaur, dan
selalu ada dimana saja (kek cicak itulahhh).
Mulai dari penjuru dunia timur sampai barat,para leluhur menubuatkan
akan selalu ada orang Batak….mmmm, bener juga sih ya? "Mereka harus adaptif
dengan lingkungan seperti si cicak, yang akan nongol disetiap rumah TANPA
pandang ras, suku, agama, kaya, miskin, partai, golongan dll,"begitu kira kira nubuatan para nenek moyang Batak tentang keturunan2nya.
Nah, adalah SUSYUU melambangkan kesuburan. Secra menurut pemahaman leluhur Batak,
kekayaan sesungguhnya adalah ANAK (anak ku do hamoraon di au/anakku adalah
kekayaanku). Jadi kudu nyari bini/suami yang subur. Bahkan menurut bapak yang
berkisah, jaman baheula sudah lajim punya putra 17 dan putrid 13. HAHH????????
– pantesannnn populasi Batak banyak kalliiiiiiiii pun -
Cicak, Empat Syusu (normalnya pan DUA, ini empat...meaning double fertility) |
Dari atraksi sigale gale, kami melaju ke situs berikut yaitu
MAKAM RAJA SIDABUTAR.
Buat para arkeolog dan sejarawan situs ini sebenarnya sangat
menarik. Sayapun sebenarnya tertarik,
terutama saat mendengar sistem ‘pemerintahan’ yang diterapkan oleh si Raja
Sidabutar ini saat menjatuhkan hukuman bagi para penjahat. Vonis dijatuhkan berdasarkan musyawarah. Hal
ini terlihat dari patung batu 14 orang (patungnya cuma sepertiga badan doang).
Keempat belas orang ini duduk berkeliling membentuk
lingkaran. Tidak ketauan yang mana penjahatnya, mana tetua, mana raja mana
penasihat. Tapi yang menarik, buat saya, adalah posisi tangan tiap tiap patung.
Ada yang dilipat vertical pada dada, ada yang kebawah, dan seterusnya. Ada juga
patung wanita yang terlihat dari dadanya yang ber”susu” (istilah bapak yang
berkisah).
patung2 yang tak terurus sampe lumutan. Dikasi ke arkeolog bule di LN aja sonoo... |
kenapa yaa...pemda itu suka kek ga menghargai yang berbau history-budaya gini? |
coba liat lipatan tangannya....beda2 kan? Pasti means something....sayang pemda setempat tidak berusaha memperkaya sejarah lokal |
Sosok Raja Sidabutar sendiri dapat dikenali dari patung
kepala yang melekat pada ujung barat makamnya, diujung timur terlihat patung
sang ratu. Dibawah patung kepala Raja Sidabutar, ada patung panglima perangnya
yang terlihat seperti sedang berjongkok.
Ketiga sosok kepala hingga separoh badan ini menghadap kearah perairan
danau toba.
“Raja Sidabutar memiliki mata yang besar, dan memiliki
kesaktian melihat musuh dan objek lain dari jarak hingga pulihan kilometer.
Rambutnya panjang menjuntai dan tak pernah dipotong sejak ia lahir hingga
meninggal dunia,”kata bapak penjaga makam.
Buset…..gondrong banget? Saya mencoba menghayal hayal
sepanjang apaa itu rambut? Ckckckc.
sisi depan Makam Raja Sidabutar dipebukitan Tomok (yang atas Raja, bawahnya adalah panglima dia yang setia) |
*
Secara atraksinya tidak banyak di Tomok, kami cuma
menghabiskan waktu 1.5 jam saja disana.
Sayang sekali TOMOK ini TIDAK diberdayakan oleh pemdanya. Padahal dibuat kek spot spot berdasarkan
kekhasan….misal sebelah utara untuk atraksi legenda, sebelah timur wisata
kuliner, sebelah barat spot untuk berfoto/panoramic spot…..lalu selatan buat
merchandise.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar